Oleh Moch. Dahlan, S.Ag
Dikursus mengenai problematika kehidupan ummat manusia abad 20 ini, tak henti-hentinya dibicarakan oleh berbagai kalangan, dari mulai intelektual/akademisi sampai masyarakat biasa. Mereka memandang bahwa kehidupan manusia tiap masa selalu berkembang menuju kearah kemajuan, baik menyangkut ilmu pengetahuan tekhnologi maupun menyangkut norma dan etika kehidupan bermasyarakat. Namun perkembangan tersebut tidak dibarengi dengan kesadaran bahwa mereka sebagai mahluk Allah yang senantiasa harus lebih mensyukuri akan segala nikmat yang Allah berikan kepada mereka.
Resistensi masyarakat yang kini memasuki era post- moderinisme tentang bagaimana untuk memenuhi kebutuhan hidup yang sifat nya materi dan kemewahan hidup, sangat terasa sekali. Berbagai kajian yang sering kita dengarkan baik dilevel nasional maupun internasional, topik yang dikaji selalu terfokus bagaimana agar pertumbuhan ekonomi bisa tumbuh dengan pesat, upaya meningkatkan daya beli masyarakat, menekan pengangguran, menghidupkan sektor ril dll, tak terdengar ada kajian bagaimana mentranformasikan Al-Qur’an supaya menjadi pegangan hidup (way of life) bagi umat manusia. Padahal Al-Quran akan memberikan solusi terbaik bagaimana umat manusia menjawab berbagai tantangan hidup ditengah-tengah manusia yang termarjinalisasikan oleh hiruk pikuknya mengejar kesenangan duniawi dengan menghalalkan berbagai cara.
Berbagai teori yang diutarakan oleh pakar ekonomi dan sosiologi bagaimana manusia agar sukses dan mengeksploirasi kerangka berfikir supaya kehidupannya maju, kaya raya, dan juga mampu bersaing dengan dunia global adalah meningkatkan skiil dan daya saing. Disamping itu dia bisa mempraktekan berbagai teori ekonomi kapitalis dan liberalisme ekonomi. Sebagai tolak ukurnya adalah keberhasilan bangsa-bangsa Eropa dan Amerika mampu menjadi Negara maju dan sebagai literatur keberhasilan ekonomi dunia.
Namun teori tersebut tidak seluruhnya benar, ternyata berbagai kasus yang terjadi di belahan dunia barat membuktikan, walau mereka berhasil dalam segi ekonomi, namun mereka kering dan hampa dalam bidang ruhaninya. Segala kemakmuran materi dan ketersediaan harta yang melimpah tidaklah cukup membahagiakan dirinya, seringkali mereka dilanda bermacam-macam kegundahan dan kekeringan makna hidup dan terserang penyakit haus akan kesenangan diri (pedhopilia). Berbagai survai yang telah dirilis dinegara-negara maju membuktikan bahwa 80% masyarakatnya tidak merasakan kebahagiaan hidup dan kesenangan batin, berbagai cara yang mereka tempuh agar hidupnya supaya bahagia, ada yang lari kedalam kehidupan kalangan burjaois ada juga yang lari pada sekte-sekte keagamaan yang diciptakan melalui perjalanan supranatural personal.
Islam dari sejak dulu , sejak di sebarkan melalui baginda Rosulullah SAW, telah menjawab berbagai permasalahan kehidupan manusia, Islam bukan saja mengatur hubungan manusia dengan kholiqnya (habluminnallah) namun Islam pun telah memberikan solusi yang tepat bagaimana manusia bisa mendinamisasikan kehidupannya dengan manusia yang lainnya (civil socaity). Islam telah mensubordinasikan berbagai asfek kehidupan supaya manusia tidak terlempar jauh kedalam kehidupan yang hina dan tertindas (Asfala safilin). Namun kalangan moderenisme dan sekuler (Orientalis) memandang bahwa Islam sebagai agama yang skeptis akan perkembangan jaman (attasyak) bahkan mereka lebih jauh menilai bahwa Islam merampas hak-hak indipidu (humanisme) dan membatasi pergaulan kaum hawa (feminisme)
Esensi Sholat Tahajjud
Salah satu ajaran Islam yang mendapatkan tempat yang istimewa dihadapan Allah SWT, adalah ibadah Sholat Tahajud. Tahajud didalam presfektif Al-Qur’an dan Assunnah adalah sholat yang dikerjakan pada sepertiga nya malam yang menurut tuntunan Rosululloh SAW (sunnah sorihah) dilaksanakan dengan jumlah 10 rakaat ditambah witir 1 jadi digenapkan menjadi 11 rakaat yang dilaksanakan dua rakaat-dua rakaat. (Subulussalam.2: 6). Menurut sebatas penelitian penulis, Ibadah-ibadah yang sifatnya sunnah, Al-Qur’an tidak secara eksplisit menjabarkan secara terperinci tentang tatacara pelaksanaan amalan sunnah tersebut, kecuali Sholat Tahajjud. Allah secara ekspisit memberikan pahala yang begitu besar kepada siapa saja yang secara rutin melaksanakannya, bahkan Allah SWT memberikan gelar yang sangat istimewa, yaitu sebagai hamba Allah yang selalu dikasihani (Ibadurrahman). (QS. Al-Furqon(25): 63).
Apabila seorang mahluk Allah diberikan gelar Oleh kholiqnya, maka kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat yang abadi akan mereka raih. Ilustrasinya apabila seorang rakyat biasa dapat menyenangkan hati sang penguasa, apapun yang dia minta akan diberikannya walaupun nyawanya sekalipun. Bahkan dalam hadits Rosululloh SAW, beliau ditanya oleh Istrinya Aisyah RA, kenapa Rosululloh selalu melaksanakan ibadah Tahajjud padahal segala dosa-dosa Beliau telah diampuni oleh Allah SWT, (Maksum) baik dosa-dosa yang telah lalu mapun dosa-dosa yang akan datang jawaban Rosullulloh SAW: ”Apakan tidak sepatutnya kalaulah aku sebagai seorang hamba yang bersyukur”. ( Mukhtarol Hadits (204): 1463).
Essensi hadits ini memberikan gambaran kepada kita, Rosulullah saja yang telah mendapat jaminan Allah SWT akan masuk sorga begitu memperhatikan dalam melaksanakan ibadah Tahajjud ini, apalagi kita sebagai hamba Allah yang tidak ada jaminan masuk sorga bahkan kita selalu berbuat dosa, maka sepatutnyalah kita berusaha semaksimal mungkin dapat melaksanakan qiyamullail (tahajjud) ini, sebagai solusi terbaik bagi kemaslahatan hidup didunia dan akhirat. (selamat menelaah !)
Moh. Dahlan, S.Ag (Pengasuh Ponpes Al-Furqon Muhammadiyah Cibiuk& pemerhati masalah-masalah social keagamaan)
Cahaya Yang Terperangkap
-
*Oleh DASAM SYAMSUDIN*
*Agama dan Humanisme-*Lubang hitam (*black hold*), bukanlah sebuah lubang.
Itu adalah bintang yang mati. Bintang gemintang yang be...
13 tahun yang lalu