Senin, 27 Desember 2010

MENAKAR KEMBALI KEHIDUPAN BERAGAMA DI KECAMATAN CIBIUK


Oleh: Moh. Dahlan

Cibiuk, sebuah daerah yang berada di Kabupaten Garut , menurut data yang diperoleh dari Kantor Kecamatan Cibiuk, secara demografi Cibiuk  berada di kaki gunung Haruman, beriklim sejuk serta  sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani, dengan jumlah penduduknya 35.728 jiwa.

Dalam bidang pendidikannya, Cibiuk tak ketinggalan jauh dengan Kecamatan lainya yang ada di Kabupaten Garut, cukup komplit mulai dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas, atau kejuruan. Begitupun dalam bidang sosial keagamaan, mayoritas masyarakat Cibiuk menganut agama Islam, dengan ditandai dengan berdirinya Masjid dan surau dikampung-kampung.

Penulis dalam kajian ini mencoba menganalisis secara obyektif bagaimana kehidupan beragama di Cibiuk, yang mana dekade terakhir ini mengalami perubahan, baik dalam segi kualitas maupun kuantitasnya. Hal ini untuk menakar kembali kehidupan beragama cibiuk tempo dulu dengan cibiuk sekarang yang sudah terjamah modernisme disemua lini kehidupan masyarakatnya.

Nama Cibiuk menurut sumber yang dapat dipercaya mengandung makna filosofis yang amat dalam, kalaulah ditafsirkan Cibiuk terdiri dari dua suku kata, Ci adalah air dan Biuk adalah bau, jadi Cibiuk mempunyai arti  air yang bau. Sekilas makna tersebut memberikan gambaran bahwa air yang ada di wilayah Cibiuk tidak layak dikonsumsi karena baunya tidak enak untuk dihirup, namun arti itu bukan kesana arahnya, namun mengandung makna anonim, yang dimaksud disini adalah Cibiuk sebuah daerah yang harus terhindar dari perbuatan yang buruk, baik dimensinya menurut norma masyarakat maupun dengan aturan-aturan agama (syariat Islam).

Dahulu Cibiuk mempunyai peran strategis dalam proses islamisasi wilayah-wilayah sekitarnya, karena Cibiuk dijadikan sentral penyebaran Agama Islam oleh waliyulloh Syeh Jafar Siddiq. Beliau satu generasi dengan Syeh Muyhi yang menyebarkan Islam di daerah Tasik Selatan (Pamijahan), bukti-buki otentik bisa dilihat dari berbagai petilasan beliau serta makamnya di sebelah barat kecamatan tepatnya di Pasir Pureut Desa Cipareuan.  

Namun kini, seiring dengan perkembangan jaman yang begitu pesat, modernisme telah menjadi bagian tak terpisahkan dengan masyrakat Cibiuk, membawa dampak yang kurang bersinergi dengan budaya religius yang telah lama tertanam. Terjadi akulturasi budaya yang salah kaprah dan cenderung pragmatis yang membahayakan sendi-sendi kehidupan beragama dan humanisme . Budaya gotongroyong, empati dan kepedulian kepada sesama, kini berubah menjadi individualistik  dan skeptis. Penyakit masyarakat sudah merambah tiap-tiap kampung, yang mana orang tua dulu menganggap bahwa kejadian itu terjadi di kota-kota besar saja. Padahal kalau menilik dari segi kuantitasnya, kini bermunculan sarana pendidikan keagamaan yang hampir merata ditiap-tiap kampung, seperti Madrasah Diniyah, Pondok Pesantren dan Majlis Ta’lim.
 Dalam benak penulis muncul berbagai pertanyaan  apa yang salah dalam hal ini, pemimpinkah yang tidak mempunyai kepekaan sosial, para pemuka agama kah yang sibuk mencari popularitas bak selebriti, gejala globalisasikah atau emang tanda-tanda  akhir zaman sebagaimana yang digambarkan dalam hadits-hadit Rosulullah.

Gonjang Ganjing pemahaman Teologi baru
Ada yang menarik untuk diteliti lebih mendalam tentang  apa yang terjadi sekarang di masyarakat Cibiuk, yaitu bermunculannya faham-faham yang dirasakan nyeleneh ( kontroversi) buat sebagian besar masyarakat Cibiuk. Menurut penelaahan penulis faham-faham tersebut muncul yang tak terlepas dari apa yang diperjuangkan oleh Sukarmadji Kartosuwiryo ( pimpinan Darul Islam), yaitu ingin menjadikan Indonesia menjadi negara Islam Indonesia. Paham tersebut sampai sekarang masih dipegang teguh oleh sebagian pengikutnya, maka lewat tangan-tangan mereka lah banyak dari anggota organisasi Islam yang ada di Cibiuk, seperti Muhammadiyah, NU dan Persis yang terjerumus ikut kedalam ajakan mereka untuk mengikrarkan diri sebagai neo Darul Islam atau Darul Islam jilid II, setelah perjuangan Darul Islam yang dulu gagal memperjuangkan berdirinya NII.  Untuk mempresure calon anggota,  Mereka dijejali berbagai doktrin tentang teologi keislaman, jihad dan kemasyarakatan. Dimana yang dijadikan literatur dari ajaran-ajaran DI yang dulu. Mereka menolak dengan tegas pemahaman-pemahaman tentang ke Islaman yang di amalkan oleh organisasi Islam yang ada, menurutnya ajaran-ajarannya sudah melenceng jauh dari sunnah Rosululloh SAW, karena organisasi yang ada tidak memperjuangkan  terbentuknya negara Islam, kedekatannya dengan pemerintah serta adanya kompromi dengan orang-orang kafir. 

Gonjang-ganjing perbedaan reinterpretasi tentang syariah antara organisasi kemasyarakatan yang ada dengan sekelompok kecil yang mengklaim sebagai neo Darul Islam telah menimbulkan ekses yang kurang baik bagi perkembangan keagamaan di Cibiuk. Pertama,  generasi muda yang semula bebas bergaul dengan siap saja tanpa memandang status dan organisasi, harus terkungkung oleh dogmatisme yang difatwakan oleh kelompoknya. Maka yang terjadi  mereka termarjinalisasikan dari pergulan lingkungannya dan dia menjadi ekslusif dari dunia luar yang dulu pernah jadi bagian kehidupannya bahkan banyak kasus yang terjadi hubungan keluarga menjadi retak disebabkan oleh perbedaan prinsif itu . Kedua, terbengkalainya sasaran dakwah. Mestinya para tokoh masyarakat Cibiukharus  paham betul apa yang terjadi di dunia modern ini, tanpa disadari dunia modern telah merasuk jiwa-jiwa masyarakat Cibiuk pada umunya dan disayangkannya yang banyak diserap adalah dari sisi-sisi negatifnya. Bukan hal yang asing lagi khususnya didunia remaja dekadensi moral, pergaulan bebas, narkoba, minum-minuman keras dll, telah merata hampir disetiap kampung, kalau tanpa sentuhan dakwah maka lima tahun atau sepuluh tahun yang akan datang Cibiuk terkenal dengan dunia kriminalitasnya bukan dunia agamaisnya. Ini tentunya tugas berat terutama bagi para tokoh ulama dan masyarakat, bila dikedepankan egoisme dan perbedaan prinsif, maka tak pelak kita akan memonton generasi-generasi muslim yang bobrok.

Sangat disayangkan bila dulu Cibiuk sangat terkenal dengan lahirnya ulama-ulama besar, kini terkenal dengan Sambalnya, yang bila ditelaah sambal mempunyai nilai folosofis yang tinggi. Eyang Fatimah sebagai keturunan dari Syeh Jafar Sidiq membuat sambal bukan hanya untuk sebagai pelengkap makan, tapi dibalik itu sambal terdiri dari bebagai macam rempah rempah bila dijadikan satu dan diulek akan membawa kenikmatan tersendiri bagi orang yang makan. Begitu pun dengan masyarakat Cibiuk yang terdiri dari bebagai sifat dan watak yang berbeda harus disatukan dalam ukhuwah Islamiyah akan menjadi kekuatan dalam menggapai indahnya mardho tillah. Wallohu a’lam
Baca Selengkapnya... »

Rabu, 15 Desember 2010

Cahaya Yang Terperangkap


Oleh DASAM SYAMSUDIN


Agama dan Humanisme-Lubang hitam (black hold), bukanlah sebuah lubang. Itu adalah bintang yang mati. Bintang gemintang yang berserakan di jagat raya mempunyai usia. Maksudnya, pijar yang menyala-nyala di tubuh bintang suatu saat akan padam. Dan reaksi supernova yang terjadi sebelum bintang itu betul-betul mati akan melempar dan menghamburkan seluruh materi dan energi dengan dahsyat. Lalu, semua materi itu akan terhisap kembali pada materi dasar bintang tersebut dengan kekuatan gravitatsi yang secara menakjubkan menjadi jutaan kali lipat besarnya. Sehingga dengan daya hisap gravitasi yang sangat dahsyat itu mampu menarik benda-benda angkasa yang lewat dekat dengannya. Sebesar dan secepat apapun benda angkasa yang mendekat akan hancur terhisap, termasuk sesuatu yang tercepat; seperti gelombang foton (cahaya). Besarnya daya gravitasi bintang tersebut membuat cahaya terjebak dan tak berdaya, tak bisa memantul atau lepas darinya. Hal itu menyebabkan tak ada gelombang foton yang dipantulkan dari bintang tersebut, sehingga bintang itu terlihat bolong layaknya sebuah lubang dalam yang tak berujung. Bukan hanya itu, besarnya gaya gravitasi menjadikan bintang mati itu menghisap dirinya sendiri sampai ukurannya berkali-kali lipat lebih kecil dari ukuran awalnya. Sangat menakjubkan.

Bayangkan, sebuah bintang yang begitu besar bisa tidak terihat disebabkan tak ada cahaya yang mampu memancar darinya. Alih-alih cahaya yang menyorot bintang itu malah dihisapnya.

Fakta ilmiah di atas yang ditemukan pada abad keduapuluh ini, mempunyai hikmah yang sangat menarik. Katakan saja bisa dianalogikan dengan keimanan pada Tuhan yang bisa tidak terlihat (tidak terasa) karena hati kita tidak bisa memancarkan cahaya-Nya.

 Al-Quran berfirman, “Allah adalah cahaya di atas cahaya”. Menurut Dr. Zakir Naik, penulis buku Al-Quran dan Sains Modern, dia juga seorang Hafidz (seorang yang hafal seluruh Al-Quran), mengatakan, yang dimaksud Allah cahaya diatas cahaya merupakan sebuah analogi; bahwa Allah SWT merupakan cahaya. Dia adalah sumber cahaya yang tidak pernah padam yang mampu “menerangi” alam semesta agar bergerak mengikuti hukum-Nya, juga sebagai cahaya yang menuntun orang-orang yang beriman kepada-Nya, dan juga sebagai cahaya yang membuka penglihatan kepada orang-orang yang buta mata[hati]nya sehingga ia sadar dimana ia berada dan siapa dirinya.

Semua manusia dilahirkan dalam keadaan “fitrah”. Maksudnya, manusia pada dasarnya mempunyai potensi untuk beriman yang selalu ada di dalam hatinya. Sejak akalnya diciptakan dan diberi “kemampuan untuk menerima kebenaran”—meminjam istilah Aristoteles—manusia sudah dikenalkan pada Tuhannya. Yang apabila akalnya mampu berpikir secara “baligh” ia bisa berhubungan erat (menyadari) dengan kebenaran hati yang senantiasa memancarkan cahaya keyakinan bahwa Allah itu ada. Cahaya-Nya akan selalu memancar di dalam hatinya sebagai penerang atau pembuka kesadaran bahwa manusia harus beriman kepada-Nya.

Jadi, tidak ada manusia yang tidak menyadari akan kehadiran Tuhan, meski ia seorang atheis. Tuhan yang tidak membutuhkan bentuk dalam kehidupan, itu karena kehadiran-Nya sangat terasa dalam hidup ini. Seperti kata M. Quraish Shihab, ketidak terlihatan Tuhan dalam kehidupan karena Dia sangat terasa kehadiran-Nya. Atheis hanyalah sebuah pengakuan manusia yang “merasa” tidak ada Tuhan atau tidak membutuhkan Tuhan. Sebab hakikatnya ia mengakui sebuah “kekuatan” yang senantiasa hadir dalam hidupnya dan yang menjadikannya hidup. Seorang sufi berkata, selagi manusia memiliki harapan dan ketakutan, selama itu pula ia mengakui Tuhan.

Semua manusia itu memiliki cahaya Allah SWT yang berada dalam hatinya. Akan tetapi, acap kali gemerlap kehidupan dunia membutakan matahati sehingga kita lebih terpesona oleh pancaran kehidupan dunia ketimbang pancaran cahaya Allah. Hati yang terlalu sibuk dengan kehidupan dunia, ditambah kebanggaan terhadap diri sendiri membuat cahaya Tuhan yang memancar di dalam hati tidak terasa. Ledakan syahwat dunia layaknya supernova menjadikan diri terhisap kedalam hati yang telah terbungkus dengan gemerlapnya cahaya dunia yang ada kalanya menipu.

Untuk membuka tabir gelap yang menutupi cahaya hati, manusia harus berusaha sekerasnya mendefault (mengembalikan akal dan hatinya) pada posisi awal, saat belenggu-belenggu pikiran dan kesombongan belum pernah menyentuhnya. Cobalah berpikir sejenak merasakan pancaran cahaya yang ada di dalam hati kita dengan tidak mengikat [dulu] hidup kita pada sebuah prinsip, baik atau buruknya. Netralkan akal dan pikiran dari teori-teori hidup ini, kosongkan dari kesibukan duniawi, dan pada akhirnya kita akan menyadari bahwa di dalam hati ada sebuah cahaya yang membuka kita pada penglihatan bahwa disinilah kita hidup, dan inilah diri kita yang tercipta karena Allah SWT.

Jika meminjam istilah Ari Gynanjar, seorang trainer ESQ (Emotional Spiritual Questiion), bahwa setiap hati manusia itu ada godspot (suara Tuhan). Setiap manusia menyepakati kebenaran universal, yakni di dalam hati manusia senantiasa ada yang membisikan bahwa kebenaran itu benar dan keburukan itu buruk. Orang jahat tahu apa yang dilakukannya itu salah. Meski perbuatannya salah, tapi mengakui kesalahan adalah benar. Sebab hati tidak pernah bohong. Selain itu, setiap orang pasti merasakan hal yang sama; manusia itu harus berbuat baik dan berharap dirinya jadi orang baik, dan berharap semua penjahat itu jadi orang baik. Apa itu artinya? Artinya ada “suara” yang selalu membisikan kebenaran yang sama, dan itu adalah suara atau cahaya Allah Swt. Jadi benarlah, bahwa semua manusia dilahirkan dalam keadaan “fitrah”. Yakni manusia pada awalnya ada dalam keadaan suci dan selamanya harus menjaga kesuciannya. Dengarkan suara hati Anda: menodai sesuatu yang suci benarkah hal itu? Salah! Kalau begitu berusahalah diri kita agar menjadi yang suci (beriman kepada Allah SWT dan melaksanakan misi suci-Nya, yakni amal shaleh (berbuat baik). Wallahu A’lam.


Dasam Syamsudin, Aktivis IMM UIN SGD Bandung
Pemerhati masalah keagamaan
Baca Selengkapnya... »

Sabtu, 11 Desember 2010

Facebook-mu Neraka-mu



Oleh; Moh. Dahlan. Ketika saya melihat-lihat isi tulisan sebuah Tabloid terbitan Majlis Tabligh PP. Muhammadiyah edisi VIII/April 2010, perhatian saya terkonsentrasikan pada sebuah rubrik AN NISA yang mengambil judul Facebook-mu Neraka-mu, kata awal yang terucap dari bibir saya, tulisan ini tendensius banget. Ya sebagian orang sudah menganggap bahwa facebook sudah menjadi bagian dari hidupnya, bagaimana tidak, orang kalau sudah hobi facebook kan kapan pun dan dimanapun pasti akan membuka situs jejaring sosial ini. Kalau ternyata facebook diidentikan dengan neraka, sudah dapat dipastikan orang yang terjaring situs pertemanan ini (facebooker) akan menilai bahwa kajian itu terlalu mengada-ngada bahkan cenderung akan mengabaikannya.
Sekilas gambaran dari tulisan itu, membahas sisi-sisi manfaat dan mafsadatnya dari media ini, baik bagi wanita ataupun laki-laki, manfaat yang paing besar adalah tersedianya berbagai informasi yang dibutuhkan, mulai dari pertemanan sampai buku-buku yang paling serius ada dimedia ini. Lebih lanjutnya  tulisan ini menampilkan sisi negatif dari situs jejaring sosial ini, menurutnya facebook yang kelihatan netral-netral saja, ternyata potensi negatif dan terjerumusnya orang kedalam perbuatan maksiat sangat terbuka lebar dan lebih spesifiknya  tulisan ini menyoroti kaum hawa (wanita) sebagai pengguna facebook, dimana banyak kasus yang terjadi wanita menjadi korban pemerkosaan, penculikan, ditipu dan sebagainya , semuanya berawal dari sekedar membuat akun facebook. Tapi justru melalu tahapan yang sederhana tersebut membawa petaka.
Lebih lanjutnya, tulisan ini menyoroti tentang wanita yang memajang foto dirinya diakun facebook nya, dari mulai yang santun sampai yang seronok, disatu sisi teman-temannya bisa melihat foto teman lainnya, tapi disisi lain tampilan foto dan wajah mereka justru mengundang tanya apakah ini tidak termasuk ber-tabarruj yang dilarang dalam Al-Qur’an (Al-Ahzab, 33:33) Allah berfirman:  “ Dan hendaklah kamu tetap dirumah dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu”.   Untuk menguatkan argumentasinya tulisan itu mengutip dari Tafsir Ibnu Katsir dan dari Muqtil bin Hayyan, Ibnu katsir  mendefinisikan bahwa salah satu bentuk tabarruj yang dilakukan wanita jahiliyah adalah sengaja keluar rumah dan lewat dihadapan laki-laki. Tujuannya jelas supaya laki-laki yang dilewatinya mengagumi dan mengomentari kecantikan mereka. Sedangkan Muqtil bin Hayyan mendefinisikan bahwa tabarruj dapat dilakukan wanita dengan membuka tutup kepala (kedurung khimar) sehingga terbuka rambut, leher dan raut muka secara terang.
Kesimpulan dari tulisan tersebut, ada dua sisi yang di tekankan dalam hal ini, pertama, menyoroti wanita yang memasang foto di akun facebook tujuannya punya niat ingin dipuji dan dikagumi kaum pria maka dapat dikatagorikan bahwa wanita tersebut sudah berbuat tabarruj , karena walaupun dia tidak diposisikan sebagai orang yang keluar rumah dan ingin disanjungi oleh laki-laki, tapi memajang foto diakun facebook dapat dikatakan melebihi substansi seorang wanita sekedar  keluar rumah, karena kalau wanita keluar rumah paling yang melihat dirinya satu atau dua orang laki-laki, tapi kalau wanita memajang fotonya di akun facebooknya akan dilihat oleh ratusan ribu bahkan jutaan penikmat facebook dari kalangan laki-laki. Kedua, dilihat dari sisi sosial, sebetulnya larangan ber-taharruj ini merupakan langkah antisipasif (sadd al-dzari’ah) untuk mencegah terjadinya bahaya yang cukup besar.  Bukankah kejahatan-kejahatan dunia maya, terutama facebook bermula dari tabarruj yang dilakukan oleh wanita. Lalu situasi ini dimanfaatkan oleh kaum laki-laki untuk bisa mengenal lebih jauh jati diri lawan cattingnya sehingga pada akhirnya berbuah kemadharatan, seperti penculikan, perselingkuhan, perzinaan dll. Maka dalam situasi itu facebook dapat dikatagorikanberpotensi menjadi NERAKA.
Studi Analisis
Menelaah tulisan ini, penulis akan mencoba mereposisi dan memaknai dari situs jejaring sosial ini (facebook) prespektif kajian sosial keagamaan. Menurut berbagai literatur facebook adalah sebuah social networking yang baru saja dirintis pada tahun 2006 oleh seorang mahasiswa Harvard yang bernama Mark Zuckerberg. Mark Elliot Zuckerberg atau Mark Zuckerberg lahir lahir pada 14 Mei 1984 di Dobbs Ferry, Westchester County, New York, Amerika Serikat (AS).

Ide berawal ketika dia bersekolah di Exeter High School, New HampshireSaat itulah dia berkenalan dengan Adam D’Angelo. Zuckerberg lulus dan masuk Harvard University, awalnya membuat program Coursematch yang memungkinkan mahasiswa di kelas yang sama bisa melihat daftar teman-teman sekelas. Proyek selanjutnya membuat facemash.com. Lewat situs ini para pengunjung bisa memberi stempel “keren” atau “jelek” foto seorang siswa, dan membuat Zuckerberg dipanggil oleh Badan Administrasi Universitas Harvard karena dianggap membobol sistem keamanan komputer kampus, melanggar peraturan privasi di internet, dan melanggar hak cipta. Oleh karena itu ia mebuat Facebook dan diluncurkannya pada tahun 2004. Dalam waktu singkat duapertiga mahasiswa Harvard jadi pengguna Facebook. Teman sekamarnya, Dustin Moskovitz dan Chris Hugh, dberhasil mengembangkan sayap ke Universitas Stanford, Columbia, Yale, Ivy College, dan beberapa sekolah lainnya di wilayah Boston. Dalam waktu singkat, mereka meluncurkan Facebook ke 30 sekolah.
 Jadi facebook dibuat oleh seorang mahasiswa Harvad yang ingin mahasiswa teman sekelasnya bisa dilihat dalam daftaran situs ini. Kalau dilihat dari kaca mata syari’at Islam, menurut hemat saya dapat diklasifikasi manfaat dan madharat dari facebook itu, kalau ternyata facebook itu bermanfaat dan dalam posisi tataran sosial belum menyentuh asfek aqidah, maka syah-syah saja orang memanfaatkan situs jejaring sosial ini, walaupun yang menciptakan situs ini adalah orang kaffir, karena Rosululloh pun tidak melarang ummatnya memakai fasilitas yang dibuat oleh orang kafir, selagi tidak menyalahi  hukum (wilayatulhukmi) Islam. Tapi sebaliknya apabila sudah menyalahi dimensi hukum positif tidak ada tawar menawar lagi untuk ummat Islam menggunakan fasilitas ini.
Namun untuk kaum hawa pada khususnya, menurut penilaian penulis didasari studi kasus yang terjadi belakangan ini, banyak kaum hawa yang menjadi pengguna setia facebook terjerumus pada lembah kenistaan, perzinaan, pemerkosaan, penculikan dll. Sebaiknya bagi kaum hawa merekontruksi kembali azas manfaat dan azas  mafsadat dari situs jejaring sosial ini dengan mengedepankan hukum Agama dan sosia kemasyarakatan. Tanpa diembel-embeli fatwa MUI atau Khotbahnya para da’i, saya yakin kaum hawa yang masih memegang tegung prinsif-prinsif agama dan moral dengan tulus dan ikhlas akan menghapus akunnya bilamana sudah mengarah pada perbuatan yang negatif (Fasad) bahkan kalau dilihat dari kacamata Ushul Fiqh ada qoidah yang menyatakan “ Darul mafasid muqoddimun ala jalbi masolih ( menolak kemafsadatan harus dikedepankan dari pada memetik manfaat), maksudnya apabila suatu perbuatan ternyata mafsadatnya lebih berat dari manfaatnya harus ditinggalkan. Selamat menelaah, kritisin yaa!   
Baca Selengkapnya... »

Pengelola Blog

Foto saya
Garut, Jawa Barat, Indonesia
Moh Dahlan adalah salah satu anak dari Kiyai Besar, H. Aceng Kosasih sang Pendiri Pesantren AlFurqon Muhammadiyah yang berada di Kecamatan Cibiuk-Garut. Keseriusan dan kesemangatannya dalam memahami ilmu-ilmu agama yang tertuang di dalam kitab-kitab klasik (kitab kuning) dan juga melalui pendidikan kuliahnya menjadikan dirinya mahir dalam memahami masalah sosial-keagamaan. Perjuangan Moh Dahlan dalam menyebarkan agama Islam melalui Pesantren yang saat ini tengah dikelolanya senantiasa didampingi oleh Istrinya yang cantik dan juga mempunyai etos kerja yang tangguh, Yakni Teh Nenden (begitu para santri memanggilnya). Pada Buah hatinya, Alif dan Wanda Moh Dahlan menyimpan tumpuan yang sangat besar. Harapannya tiada lain menginginkan kedua anaknya menjadi anak yang soleh dan solehah. "Nak, Ingatlah! Kehidupan yang akan datang, yang akan kalian jalani pasti tidak sama dengan kehidupan saat ini. Suatu zaman akan datang dimana akhlak yang baik dan ilmu agama seolah menjadi sebuah mutiara yang bercampur dengan debu di padang pasir. kalian mencari mutiara itu dengan sungguh-sungguh pun akan sangat sulit, apalagi tidak serius!" begitu nasihat pada kedua anaknya.

 
Cheap Web Hosting | Top Web Hosts | Great HTML Templates from easytemplates.com.